Selasa, 24 November 2015

Tentang Sebuah Perjalanan (Jakarta, Depok, Bogor)

Ini adalah perjalanan pertamaku bersama seseorang yang bukan "ia". Ia yang selama beberapa tahun ini hampir selalu menjadi teman perjalananku. Tak pernah yang lain. Perjalanan yang bermula dari obrolan ringan tak bertema, hingga akhirnya menjadi sebuah rencana matang yang biidznillah, Allah mudahkan. Just go! and then, aku persembahkan perjalanan ini untuknya... (Yang sedang tertatih "mengepakkan sayapnya" kembali. Yang binar matanya selalu tentang sebuah perjalanan, ke tempat yang jauh. Yang kuat tekadnya. Yang teguh semangatnya. Yang tak terpatahkan. Yang tak terhentikan. Yang berlari. Yang melompat tinggi!)

Jakarta, Depok, Bogor, 5 - 8 November 2015. Zulaikha. Zharnd.

Dari perjalanan selama menaiki kereta Matarmaja kita belajar. 16 jam yang melelahkan (atau menyenangkan, tergantung bagaimana kita memaknainya). Meluruskan kaki. Bersandar bahu. Menahan pegal. Terbangun dan kecewa. Terbangun dan tersenyum. Berkenalan dengan penumpang lain. Saling menawarkan makanan. Bertukar cerita. Bertanya dalam hati, "akankah Allah beri kesempatan untuk kembali bertemu?". Melihat hijaunya alam Indonesia. Melintas provinsi. Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan akhirnya DKI Jakarta, terlampaui!
Matarmaja membawa kami melintas membelah Jawa
Pada transportasi umum yang membawa kita dari satu tempat ke tempat lainnya kita belajar. Hey, nona! kota-kota besar ini menawarkan kemudahan transportasi pada kita. Berjalan. Berlari. Kadang terhuyung. Berdiri. Menunggu antrian. Berpeluh. Mengantuk. Tertidur di angkutan. Tawar-menawar dengan sopir bajaj. Mencari stasiun KRL terdekat. Menyaksikan dengan mata kepala sendiri betapa sesak dan penuhnya commuter line Jakarta Bogor di jam berangkat dan pulang kerja. Berpacu dengan waktu. Bahwa di kota besar ini, tak ada berleha-leha menunggu angkutan umum. Tak ada berjalan santai. Egoisme mencuat disana-sini. Semua orang dengan kesibukannya masing-masing. Dengan gadget ditangan. Masker di wajah. Tas dipunggung. Hening. Tertidur.
Dalam perjalanan menuju Depok dengan KRL
Tertawan takjub dengan pesona kemilau pengetahuan di kampus tertua Indonesia. Menjelajah ruang dan waktu lewat koleksi-koleksi perpustakaannya. Bertemu dengan orang-orang passion-able. Tertular semangat mereka. Menyegarkan kembali semangat bekerja. Belajar. Menapaktilasi perjalanan 2,5 tahun lalu magang di perpustakaan kampus terbesar Indonesia ini. The Crystal of Knowledge. Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia, Depok. Bersanding dengan gagahnya Pohon Keabadian. Baobab, saksikan kami pernah menjejakkan langkah kami disini (dan siapa yang tahu, mungkin saja kami akan kembali lagi kesini, as a student, or lecture!).
UI Library
Kilau pengetahuan Indonesia The Crystal of Knowledge
Pada kunjungan ke Kota Bogor dengan segala keramahan khas Sunda-nya kita kembali belajar. Berjalan menyusuri Jalan Ir. Djuanda dengan bangunan-bangunan bersejarah di sekitarnya. Istana Bogor. Bibliotheca Bogoriensis. Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian. LIPI. Kemudian menyatu dengan alam di Kebun Raya Bogor.  Pohon-pohon berumur menjulang tinggi. Bukti kekokohan terlihat jelas dari gurat-gurat pada kambium-nya. Ziarah di makam kuno Belanda. Sedikit muncul rasa takut (serammm), namun kasihan pada nama-nama yang tertulis di batu nisan. Terasing jauh dari mana mereka berasal. Membuat cerita tentang hujan, di Kota Hujan. Hujan pertama yang kita terima langsung dari kotanya. Basah kuyup. Top to toe. Tersasar lebatnya hutan kebun raya. Menyembunyikan "harta karun" (buku-buku pemberian pustakawan UI) di tumpukan dedaunan kebun raya, yang akhirnya terguyur hujan. Basah. Sedikit rusak (erghhh...). Terpisah kolam dengan tempat rehat orang nomor satu di negeri ini. Hanya dapat menyaksikan dari jauh, halaman belakang Istana Bogor. 
Halaman belakang Istana Bogor taken from Kebun Raya Bogor
Dan akhirnya Jakarta. Kita belajar lebih banyak lagi. Menghirup udara panas. Semua ada disini (kecuali, jodoh ehemmm). Ibukota dengan segala "pesonanya". Janji-janji masa depan finansial yang lebih baik. Kesempatan kerja yang luas terbuka. Kesempatan hidup yang lebih baik berada di pusat negara ini. Semua janji tinggal janji, jika hanya "dengkul" yang dibawa kemari. Buliran peluh mengalir disela tubuh kala menunggu Transjakarta yang tak kunjung datang. Mengerahkan sabar yang banyak, namun akhirnya kalah dengan pesona bajaj. Menuju monumen kebanggaan yang tinggi menjulang. Monumen Nasional, Monas. Kami hanya dua hamba tukang ngeluyur yang Ia berikan kesempatan luar biasa menapak  salah satu belahan bumi-Nya.
Monumen Nasional dalam jejakan
Hey bocah, kamu tahu? ada begitu banyak hikmah dan pelajaran yang bisa kupetik dari perjalanan 'panjang' bersamamu ini. Banyak hal yang kusadari, bahwa banyak kesamaan yang kita miliki. Begitu juga ketidaksamaan. Kadang kudapati dirimu seorang yang sabar. Kadang abai. Dapat bersikap dewasa, lebih sering kekanak-kanakan. Begitu peduli, juga sering mengerjaiku dengan tingkah unpredictable-mu. Tak kenal lelah. Tapi begitu pengantuk (hehe).

Hanya satu motivasiku mengadakan perjalanan ini. Memekarkan kembali "bunga impian" seorang bocah yang mungkin sempat layu. Layu karena jarang disiram lagi. Atau berada di tanah yang tandus. Yang bukan semestinya. Yang membuatnya sulit mekar. Aku persembahkan perjalanan ini secara utuh, untuknya. Andaikan ada bagian dari perjalanan ini yang menjadi milikku, itu adalah kemampuan, kebisaanku (pada akhirnya) untuk memulai perjalanan kembali dengan orang selain "nya". Yah, aku bisa. Dan aku menikmatinya.

Dan perjalanan ini...
Bukan hanya tentang mengunjungi satu tempat baru. Berbangga diri sudah sampai ditempat ini. Tempat itu. Berwisata kuliner asyik. Take a selfie. Namun ia tentang "membangun pondasi' sebuah ukhuwwah. Ia tentang meluaskan cakrawala fikir. Ia tentang menjadikan kita insan lebih baikkah setelah pulang kembali? Lebih bersemangatkah mencapai impian? Lebih kencangkah kita berlari? Lebih tinggikah kita melompat? Ia tentang saling memahami. Komitmen. Menahan ego. Menahan langkah sejenak untuk kemudian berjalan bersama kembali.

Perjalanan ini tentang, kita.

0 komentar:

Posting Komentar